ANTIBIOTIK PAKAN TERNAK UNTUK MENIGKATKAN PRODUKSI (DAGING DAN TELUR)Dalam sebuah usaha peternakan, baik itu peternakan unggas (broilerlayer, bebek, ayam kampung) maupun ternak ruminansia (sapi, kambing, domba), tentunya para peternak mengharapkan produksi yang maksimal dapat dihasilkan oleh ternak peliharaannya. Pada ternak yang akan diambil dagingnya, para peternak tentunya berharap ternaknya mampu memproduksi daging yang banyak dalam waktu sesingkat-singkatnya dan seekonomis mungkin (FCR Rendah). Pada ternak yang akan diambil telurnya, para peternak tentunya berharap ternak peliharaannya menghasilkan telur yang baik secara kuantitas (jumlah)  maupun kualitasnya (mutu telur).  Peningkatan produksi (baik daging maupun telur) tentunya akan tercapai jika kondisi saluran pencernaan berada dalam keadaan yang baik, sebaliknya jika kondisi saluran pencernaan mengalami banyak gangguan maka peningkatan produktifitas hanya impian belaka.
Kondisi saluran pencernaan memang sangat erat hubunganya dengan produkstifitas. Bagaimana tidak, semua sumber energy, vitamin,protein, dan unsure-unsur penting lainnya didapatkan oleh ternak melalui makanan yang diserap melalui saluran pencernaan.  Oleh karena itu, berbagai cara diupayakan untuk mengoptimalkan dan meningkatkan fungsi saluan pencernaan dalam menyerap nutrisi , salah satunya dengan menggunakan Antibiotik.
 ANTIBIOTIK PAKAN TERNAK UNTUK MENIGKATKAN PRODUKSI (DAGING DAN TELUR)
Antibiotik dipercayakan dapat menekan pertumbuhan bakteri-bakteri berbahaya  yang berakibat semakin banyak jumlah bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan. Tingginya mikroflora menguntungkan tersebut dapat merangsang terbentuknya senyawa-senyawa antimikrobial, asam lemak bebas dan zat-zat asam sehingga terciptanya lingkungan kurang nyaman bagi pertumbuhan bakteri berbahaya.
Namun disayangkan penggunaan antibiotik berakibat buruk bagi ternak dikarenakan resistensi ternak terhadap jenis-jenis mikro-organisme phatogen tertentu. Hal ini telah terjadi pada peternakan unggas di North Carolina (Amerika Serikat) akibat pemberian antibiotik tertentu, ternak resisten terhadap Enrofloxacin yang berfungsi untuk membasmi bakteri Escherichia coli. Di bagian lain residu dari antibiotik akan terbawa dalam produk-produk ternak seperti daging, telur dan susu dan akan berbahaya bagi konsumen yang mengkonsumsinya. Hal ini seperti dilaporkan oleh Rusiana dengan meneliti 80 ekor ayam broiler di Jabotabek menemukan 85% daging ayam broiler dan 37% hati ayam tercemar residu antibiotik tylosin, penicilin, oxytetracycline dan kanamycin.
Penggunaan senyawa antibiotik dalam ransum ternak pun menjadi perdebatan sengit oleh para ilmuan akibat efek buruk yang ditimbulkan tidak hanya bagi ternak tetapi juga bagi konsumen yang mengkonsumsi produk ternak tersebut melalui residu yang ditinggalkan baik pada daging, susu maupun telur. Beberapa negara tertentu telah membatasi penggunaan zat aditif tersebut dalam pakan ternak seperti di Swedia tahun 1986, Denmark tahun 1995, Jerman tahun 1996 dan Swiss tahun 1999. Selanjutnya pada 1 Januari 2006 Masyarakat Uni Eropa berdasar regulasi nomor 1831/2003 menetapkan melarang  berbagai macam antibiotik yang sebelumnya sering digunakan oleh peternak di berbagai belahan dunia.
Tidak dapat dipungkiri sejak digunakannya antibiotik sebagai senyawa meningkatkan pertumbuhan dalam pakan ternak, telah terjadinya peningkatan pendapatan peternak berkat kemampuan senyawa tersebut mengkonversikan nutrisi dalam pakan secara efisien dan efektif. Akan tetapi, pelarangan tersebut tidak menyeluruh hanya terbatas pada jenis antibiotik tertentu misalnya avoparcin (Denmark), vancomycin (Jerman), spiramycin, tylosin, virginiamycin dan chinoxalins (Uni Eropa). Hingga kini, hanya tersisa empat antibiotik yang masih diizinkan penggunaannya dalam ransum ternak pada masyarakat Eropa yaitu flavophospholipol, avilamycin, monensin-Na dan salinomycin-Na.
Berbagai upaya telah dilakukan bertahun-tahun untuk mencari bahan tambahan dalam pakan ternak sebagai pengganti antibiotik yang berbahaya tersebut seperti penggunaan PREBIOTIKPROBIOTIK, ASAM ORGANIK,MINYAK ESENSIAL, EKSTRAK TANAMAN, DAN ENZIM.